Jumat, 27 Maret 2015

TULISAN 1

1.      Bagaimana peranan bahasa daerah dalam perkembangan Bahasa Indonesia?
Sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan pemerintah dan pendidikan serta pengembangan keilmuan, bahasa indonesia memerlukan pengembangan kata dan  istilah. Kekayaan kosakata suatu bahasa mengindikasikan kemajuan peradaban bangsa. Seiring berjalannya waktu, bahasa indonesia terus menunjukkan perkembangan. Perkembangan bahasa indonesia telah diwarnai bahasa asing seperti bahasa Arab, Portugis, Cina, Belanda, dll. Selain diwarnai dan dipengaruhi bahasa asing, bahasa Indonesia juga dipengaruhi bahasa daerah atau bahasa lokal. Peran bahasa lokal terhadap perkembangan bahasa Indonesia cukup signifikan.
Interaksi budaya mengakibatkan kosakata bahasa-bahasa Indonesia yang berlatar belakang bahasa ibu turut mecoraki perkembangan kosakata bahasa Indonesia. Bahasa lokal, terutama bahasa lokal yang memiliki tradisi tulis serta memiliki penutur dalam jumlah besar memiliki pengaruh terhadap bahasa Indonesia.
Pengaruh urbanisasi sangat besar terhadap penyerapan kosakata bahasa lokal ke dalam bahasa Indonesia. Orang-orang dari daerah yang merantau ke kota-kota besar membuat mereja tidak bisa meninggalkan bahasa lokalnya secara seketika, sehingga kosakata dalam bahasa lokal nyatak sengaja terlontar. Bahasa lokal yang diucapkan oleh perantau inilah yang lambat laun diserap menjadi bahasa Indonesia.
Terdapat ratusan bahasa lokal yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Umumnya bahasa lokal mewakili suatu suku, namun keragaman budaya tak jarang membuat sebuah suku memiliki berbagai jenis bahasa lokal. Bahasa lokal sangat penting keberadaannya. Banyak kosakata dari bahasa lokal diserap jadi bahasa indonesia sehingga memperkaya bahaa indonesia. Selain itu, bahasa lokal adalah identitas sebuah budaya, terutama budaya lokal. Bahasa lokal harus dilestarikan agar tidak punah ditelan waktu.
Beberapa kelebihan bahasa lokal antara lain: komunikasi antar sesama suku dapat berjalan lebih akrab sehingga rasa persaudaraan akan lebih terjalin, bahasa lokal tidak bersifat kaku karena bukan bahasa resmi. Sedangkan kelemahan bahasa lokal adalah dapat menimbulkan kesalahpahaman jika bahasa lokal dilontarkan secara tidak sengaja di hadapan orang yang tidak mengerti, dan bahasa serapan dari bahasa lokal sulit dipelajari orang asing karena berbeda dialek.
Posisi bahasa lokal adalah sebagai penunjang bahasa Indonesia. Sebab mayoritas kosakata bahasa indonesia adalah serapan dari bahasa-bahasa lain terutama bahasa daerah, sehingga bahasa Indonesia kerap disebut sebagai bahasa persatuan. 


 Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah dalam Bahasa Indonesia
Indonesia terdiri atas berbagai suku dengan bahasanya masing-masing. Berdasarkan laporan hasil penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa-Bahasa di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Bahasa pada tahun 2008, telah berhasil diidentifikasi sejumlah 442 bahasa. Hingga tahun 2011, tercatat terjadi penambahan sejumlah 72 bahasa sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 514 bahasa. Jumlah tersebut masih dapat bertambah karena masih ada beberapa daerah yang belum diteliti. Di dalam situasi yang multikultural dan multilingual tersebut, sentuh bahasa dan sentuh budaya tidak dapat dihindari. Kontak bahasa itu menimbulkan saling serap antara unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain.

Penyerapan kosakata bahasa daerah, terutama kosakata budaya, merupakan suatu usaha yang harus didukung dalam usaha pengembangan bahasa Indonesia. Dukungan tersebut layak diberikan karena ternyata banyak sekali konsep yang berasal dari kosakata bahasa daerah yang tidak dapat ditemukan dalam konsep bahasa Indonesia dan kalaupun ada, bentuknya biasanya berupa frasa. Selain itu, kosakata bahasa daerah juga memiliki ungkapan yang berisi nilai-nilai kearifan lokal yang biasanya hanya dapat dijumpai dalam bahasa tertentu.

Selain itu, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat, perkembangan itu juga harus diimbangi dengan pengembangan kosakata. Kosakata serapan dari bahasa daerah, dalam hal ini, dapat dimanfaatkan sebagai media alternatifnya. Sejauh ini, sudah ada beberapa istilah yang telah dimanfaatkan dan sudah diterima oleh masyarakat, misalnya kata unduh dan unggah yang diserap dari bahasa Jawa yang digunakan sebagai padanan kata download dan upload.

Usaha penyerapan kosakata tersebut tentunya harus diikuti dengan kodifikasi sehingga nantinya akan tercipta keteraturan bentuk yang sesuai dengan kaidah pemakaian bahasa Indonesia. Salah satu bentuk produk kodifikasi itu ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI juga menjadi penting karena kamus itu dibuat oleh lembaga pemerintah dan dipakai sebagai acuan oleh masyarakat. Selain itu, keberagaman kosakata bahasa daerah yang terserap di dalamnya dapat menjadi salah satu tolok ukur seberapa jauh pemerintah memperhatikan bahasa daerah di Nusantara. Dalam konteks persatuan, dimasukkannya kosakata bahasa daerah secara tidak langsung akan menumbuhkan rasa memiliki bahasa Indonesia.

Bahasa Daerah dan Fungsinya

Dalam rumusan Seminar Politik Bahasa (2003) disebutkan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa perhubungan intradaerah atau intramasyarakat di samping bahasa Indonesia dan yang dipakai sebagai sarana pendukung sastra serta budaya daerah atau masyarakat etnik di wilayah Republik Indonesia. Bahasa Indonesia, bahasa rumpun Melayu, dan bahasa asing tidak masuk dalam kategori bahasa daerah. Kemudian, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007, juga dijelaskan mengenai batasan bahasa daerah, yaitu bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi dan interaksi antaranggota masyarakat dari suku atau kelompok etnis di daerah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Batasan yang kedua, dibandingkan dengan batasan pertama, sama-sama melihat bahasa daerah dari sudut pandang fungsi dan area pemakaian bahasa. Akan tetapi, batasan kedua lebih jelas dalam menunjukkan hal penutur bahasa daerah, yakni suku atau kelompok etnis. Meskipun demikian, kedua batasan tersebut tampaknya masih dirasa kurang lengkap. Batasan tersebut tidak menyebutkan secara jelas asal-usul bahasa dan penuturnya. Oleh karena itu, batasan bahasa daerah itu disempurnakan lagi dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bahasa daerah setidaknya memiliki lima fungsi, yaitu sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, (4) sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia, serta (5) pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia. Sementara itu, dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa Indonesia, (2) bahasa pengantar di tingkat permulaan sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar  pengajaran bahasa Indonesia dan/atau pelajaran lain, dan (3) sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia. Selain itu, dalam situasi tertentu bahasa daerah dapat menjadi pelengkap bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintah di tingkat daerah.

Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah dalam Bahasa Indonesia

Ada beberapa cara untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kosakata bahasa daerah dalam bahasa Indonesia. Salah satunya adalah dengan melihat keberadaan kosakata bahasa daerah di dalam kamus. Kamus, selain menjadi sumber rujukan dalam memahami makna kata suatu bahasa, juga merupakan rekaman tertulis penggunaan bahasa yang (pernah) digunakan oleh masyarakat penggunanya. KBBI merupakan salah satu kamus komprehensif yang merekam penggunan kata, termasuk di dalamnya kosakata bahasa daerah yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. KBBI disusun berdasarkan kamus bahasa Indonesia yang telah ada sebelumnya, seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1985), Kamus Indonesia (Harahap, 1951), dan Kamus Modern Bahasa Indonesia (Zain, t.t.).

KBBI Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008) memuat kurang lebih 70 bahasa daerah yang telah dianggap sebagai warga bahasa Indonesia. Selain bahasa daerah, KBBI juga memuat dialek Melayu, seperti Melayu Jakarta, Melayu Jambi, dan Melayu Medan, serta memuat bahasa asing, seperti bahasa Arab, bahasa Belanda, dan bahasa Cina.

Kosakata dari bahasa daerah tersebut dapat diidentifikasi dengan dua cara, yaitu (1) melihat label yang ditulis antara lema dan kelas kata dan (2) melihat informasi asal bahasa yang ada di dalam definisi. Berdasarkan penghitungan dengan hanya memperhatikan label penggunaan bahasa daerah, diketahui bahwa kosakata serapan bahasa daerah berjumlah 3.592 entri. Jika dilihat dari jumlah entri yang terdapat dalam KBBI Edisi Keempat (2008) yang memuat 90.049 entri, bahasa daerah ternyata hanya memberikan kontribusi sebesar lebih kurang 3,99% dalam kosakata bahasa Indonesia. Jumlah tersebut sungguh sangat kecil. Oleh karena itu, pernyataan yang menyebutkan bahwa bahasa daerah adalah pilar utama dan penyumbang terbesar kosakata bahasa negara, seperti yang tersurat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007, perlu dipertimbangkan kembali.
ada beberapa faktor lain yang memengaruhi banyak atau sedikitnya kosakata bahasa daerah diserap ke dalam bahasa Indonesia, khususnya ke dalam KBBI, yaitu
 kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh wartawan di media massa,
 kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh penulis atau sastrawan dalam karangannya,
 kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh tokoh publik, dan
 ketersediaan konsep baru pada kosakata bahasa daerah yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia.

Bahasa Melayu dengan berbagai dialeknya dalam KBBI tidak dianggap sebagai bahasa daerah karena bahasa Melayu mendasari bahasa Indonesia dan telah dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad di seluruh kawasan Indonesia. Sumbangan dialek bahasa Melayu dalam kosakata bahasa Indonesia di dalam KBBI (2008), dengan melihat label yang ditulis antara lema dan kelas kata, tercatat sebanyak 596 entri, seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Jumlah tersebut, jika diperingkatkan dalam tabel penyumbang kosakata, berada pada posisi ketiga, setelah bahasa Jawa dan bahasa Minang.

Kosakata bahasa daerah merupakan sumber dan benih pengembangan kosakata bahasa Indonesia. Penyerapan kosakata bahasa daerah bermanfaat untuk pemekaran dan pemerkayaan bahasa Indonesia serta untuk pengembangan bahasa daerah itu sendiri.

Besar kecilnya kosakata suatu bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, khususnya yang telah dimuat di dalam KBBI, janganlah dianggap sebagai satu-satunya ukuran dalam upaya pengembangan kosakata. Usaha untuk mengembangkan kosakata budaya tersebut harus terus dilakukan. Masyarakat harus didorong dan diberi kemudahan sehingga memiliki ruang gerak dan potensi untuk memperkenalkan atau memopulerkan budayanya melalui kosakata bahasa daerah. Pemerintah, melalui lembaga/instansi yang berwenang, juga harus mendukung upaya tersebut.


Kesimpulan: Jadi, dapat dikatakan bahwa bahasa daerah dengan bahasa indonesia memiliki hubungan yang sangat erat, saling melengkapi. Bahasa daerah biasa digunakan atau dipraktikkan dalam suku di daerah tertentu, misal pada suku jawa berarti bahasa daerah yg digunakan bahasa jawa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahasa daerah dapat menjadi bahasa pengantar di sekolah dasar utamanya dalam pengajaran bahasa indonesia. Manfaatnya adalah, negara Indonesia dapat mencetak generasi-generasi baru yang mampu menguasai bahasa indonesia dg baik serta tidak juga melupakan bahasa daerahnya dimana ia berasal. Kita sebagai warga negara indonesia harus bisa menyeimbangkan tatanan berbahasa kita. Jangan karena kita berasal dari daerah, kemudian kita tidak mampu menguasai bahasa indonesia, begitupun sebaliknya. Walau bagaimanapun, bahasa indonesia adalah bahasa persatuan kita.


2.      Sejauh mana pengaruh bahasa pergaulan dalam perkembangan Bahasa Indonesia?
Penggunaan Bahasa Gaul Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia
Seiring dengan perkembangan zaman ke zaman khususnya di Negara Indonesia semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia dalam penggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Dewasa ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul daripada pemakaian bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa diantaranya sebagai berikut:
Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul
Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang paling banyak menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di masyarakat.

Yang menyebabkan punahnya bahasa indonesia
Penggunaan bahasa gaul yang semakin marak di kalangan remaja merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Sehingga tidak dapat dipungkiri suatu saat bahasa Indonesia bisa hilang karena tergeser oleh bahasa gaul di masa yang akan datang.

Beberapa  dampak Positif dan Negatif dari Penggunaan Bahasa Gaul
Segala sesuatu pasti mempunyai dampak positif dan negatif. Begitu pula dengan bahasa gaul yang juga mempunyai dampak positif dan negatif terhadap penggunanya dan orang lain.
a.      Dampak Positif
Dampak positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
b.      Dampak Negatif
Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa gaul. Karena, bahasa gaul tidak masuk ke dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkanakan menggunakan bahasa gaul. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa gaul sebagai komunikasi.
Kata-kata yang digunakan dalam berbicara seseorang dapat mencerminkan kemampuan berpikir dan tingkat kepribadiannya. Kepribadian seseorang yang baik dapat memilih apa saja yang harus diucapkan dan dibicarakan. Tidak berlebihan jika seseorang yang pandai berbahasa Indonesia, ia akan merasa diterima dan dihargai oleh berbagai kalangan.

Ada beberapa solusi yang dapat meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia antara lain:
1.      Memberi kesadaran dan memotivasikan remaja akan fungsi dan pentingnya dari bahasa yang baku. Upaya ini dimaksud untuk mengajak seseorang menyadari porsi dan tempat yang tepat bagi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2.      Membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya, remaja dilatih untuk berbahasa secara tepat, baik secara lisan maupun tulisan setiap saat setidaknya selama berada di lingkungan sekolah. Pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada remaja.
3.      Proses kesadaran dan pembiasaan ini membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat, misalnya tugas menuliskan suatu artikel atau karangan dengan bahasa yang baku. Hal ini akan menimbulkan keinginan remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar.


Kesimpulan: modern ini bahasa gaul sudah merajalela dimana mana, menyebar kesemua kalangan, muda mudi, orgtua, bahkan anak-anak sekalipun. Mungkin pengaruh utamanya adalah Lingkungan, jika kita berada disuatu Lingkungan tertentu menggunakan bahasa gaul dg intensitas waktu yang cukup sering, sudah pasti terpengaruh. Fenomena ini sangat mengancam perkembangan bahasa indonesia. Terutama bagi generasi-generasi baru seperti anak-anak yang seharusnya mereka sejak usia dini lebih banyak diperkenalkan bahasa indonesia yang baik dan benar. Namun kenyataannya tidak begitu. Dengan demikian, peran orangtua sangatlah penting, lebih rajin memperkenalkan bahasa indonesia yg baik dan benar, disekolah atau dikampus pada mata pelajaran/mata kuliah bahasa diindonesia waktu pembelajarannya lebih diperpanjang lagi, dan lebih menekankan pada praktiknya, praktik bagaimana menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.





Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar