Jumat, 19 Juni 2015

TUGAS 3

RESENSI


Pengertian Resensi
Secara etimologi, resensi berasal dari bahasa latin, dari kata kerja revidere atau recensere yang memilik arti melihat kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia, resensi diartikan sebagai pertimbangan atau pembicaraan tentang buku dan sebagainya. Secara garis besar resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara memaparkan data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut.

Pengertian Resensi Menurut Pendapat Ahli
Berikut ini adalah pengertian resensi menurut pendapat para ahli.
1.  WJS. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75) mengemukakan bahwa resensi secara bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada halayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli.
2.   Menurut Panuti Sudjiman (1984) resensi adalah hasil pembahasan dan penilaian yang pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.
3.      Saryono (1997:56) menjelaskan pengertian resensi sebagai sebuah tulisan berupa esay dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya, benar-salahnya, argumentatif-tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi sampul buku.

Tujuan Resensi
Adapun penulisan resensi ditujukan dengan maksud sebagai berikut.
  1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
  2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
  3. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
  4. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau penulis lainnya.
  5. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan, isi, dan substansi buku


Jenis-jenis Resensi

Secara garis besar resensi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
  1. Resensi Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan isi dari resensi secara singkat dan umum dari keseluruhan isi buku.
  2. Resensi Deskriptif, yaitu resensi yang membahas secara detail pada tiap bagian atau babnya.
  3. Resensi Kritis, yaitu resensi yang berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.

Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku karena bisa saja dalam sebuah resensi ketiganya diterapkan secara bersamaan.


Unsur-Unsur Resensi 
  1. Identitas Buku, meliputi judul, nama pengarang, nama penerbit dan alamatnyam nomor edisi, dan ketebalannya. Identitas buku dapat juga meliputi ukuran buku, warna dan ilustrasi jilid. Akan tetapi, dalam kepentingannya dengan penulisan resensi hal itu jarang sekali dimunculkan 
  2. Ikhtisar Buku, disusun berdasarkan pokok-pokok isi buku. Akan tetapi, jika buku yang akan diresensi itu berupa novel maka cara menentukan pokok-pokok tidak sama dengan buku nonfiksi. pokok-pokok isi novel dapat ditentukan berdasarkan keadaan ataupun peristiwa-peristiwa penting. 
  3. Kepengarangan, Sosok pengarang sering diceritakan dalam resensi novel. Hal itu terutama berkaitan dengan latar belakang, keahlian, sikap-sikap, dan karya-karyanya. Bagian-bagian tersebut diceritakan secara ringkas dan umumnya tidak melebihi satu paragraf. Sosok pengarang umumnya dicantumkan di halaman pertama atau dibagian belakang novel itu. Dari sanalah anda dapat berbicara tentang unsur kepengarangan. Untuk pengarang yang sudah terkenal, anda dapat membacanya dari sumber-sumber lain. Dari internet pun anda bisa memperoleh informasi lebih lengkap lagi.
  4. Keunggulan dan Kelemahan, Keunggulan dan kelemahan dalam resensi dapat berkaitan dengan unsur-unsur novel. Terhadap unsur-unsur itu, dapat memberikan penilaian, baik itu berdasarkan kesedarhanaan, kejelasan kekhasan, penguasaan masalah, dan aspek-aspek lainnya yang ditentukan sendiri.


Tahap Penulisan Resensi
Berikut ini akan dijelaskan tahap-tahap dalam penulisan sebuah resensi buku.
1.      Tahap Persiapan, hal yang perlu dilakukan antara lain: memilih jenis buku yang akan diresensi, buku tersebut adalah buku-buku baru, dan membuat anatomi buku.
2.      Tahap Pengerjaan
 a.  Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Sebelum membuat resensi, bacalah terlebih dahulu buku yang akan diresensi hingga tuntas lalu mencatat kutipan dan kata-kata penting di dalamnya.
  b.   Membuat isi resensi, diantaranya:
§  Membuat informasi umum tentang buku yang diresensi.
§  Menentukan judul resensi.
§  Membuat ringkasan secara garis besar.
§  Memberikan penilaian buku.
§  Menonjolkan sisi lain dari buku yang diresensi.
§  Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
§  Penilaian dari segi kelengkapan karya, EYD dan sistematika resensi.


Tips Menulis Resensi
Berikut ini adalah tips dalam menulis resensi:
  1. Cari dan tentukan buku baru nonfiksi yang akan dibuat resensi.
  2. Catatlah identitas buku yang akan diresensi, seperti jenis buku, judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, tahun cetak, jumlah halaman, jenis kertas dan harga buku.
  3. Catat dan pahami tujuan dan latar belakang penulisan buku, dengan cara membaca kata pengantar atau pendahuluan buku. Buatlah daftar pokok-pokok isi buku secara keseluruhan.
  4. Tentukan kelebihan dan kekurangan isi buku.
  5. Tulis ringkasan materi dari buku yang dibuat resensi secara jelas dan sistematis.
  6. Pada akhir resensi berilah saran dan kesimpulan, apakah buku yang kita resensi tersebut layak dibaca atau tidak.



Referensi:
Cerdas Berbahasa Indonesia, Hal : 66-70, Penerbit : Erlangga. 2006. Jakarta, Penulis : Engkos Kosasih)



                                       

TULISAN 3

RESENSI NOVEL




Identitas Buku:
Judul Buku                  :Moga Bunda Disayang Allah
Pengarang                   : Tere-Liye
Penerbit                       : Republika
Tahun                          : 2006
Ukuran Buku              : 20.5 x 13.5 cm
Jumlah Halaman          : 306 halaman

Riwayat Pengarang
            Tere-Liye merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari bahasa india yang berarti “Untukmu”. Tere-Liye lahir dan besar di pedalaman Sumatera 21 Mei 1979, anak keenam dari tujuh bersaudara. Beliau terlahir dari keluarga petani, Tere-Liye menyelesaikan pendidikan dasar sampai SMP, di SDN 2 dan SMN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan, kemudian melanjutkan ke SMUN 9 Bandar Lampung. Setelah itu beliau meneruskan ke Universitas Indonesia mengambil jurusan Ekonomi.

Berikut karya-karya Tere-Liye yang lain:
  1. Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
  2. Pukat
  3. Burlian
  4. Hafalan Shalat Delisa
  5. Moga Bunda Disayang Allah
  6. Bidadari-Bidadari Surga
  7. Sang Penandai
  8. Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
  9. Mimpi-Mimpi Si Patah Hati
  10. Cintaku Antara Jakarta dan Kuala Lumpur
  11. Senja Bersama Rosie
  12. ELIANA (serial anak-anak mamak)
  13. Berjuta Rasanya
  14. Sepotong Hati yang Baru


Sinopsis
Dalam Novel ini diceritakan seorang anak berumur 6 tahun bernama Melati yang memiliki keterbatasan dalam hidupnya, ia menderita buta,tuli dan bisu semua keterbatasan yang dialami oleh melati sudah sangat membuatnya putus asa,  ia tak dapat mengenal siapa Tuhannya, alam serta isinya, semua rasa ingin taunya akan segala hal membuatnya semakin putus asa dan akhirnya tak dapat dikendalikan, sering kali melati mengamuk dan melempar benda-benda yang ada didekatnya, jika ia disentuh ia akan langsung merota-ronta melawan. Kedua orang tuanya tuan HK dan istrinya hampir menyerah akan kesembuhan melati ,dokter dari luar negeri sudah beberapa kali mencoba menangani melati, namun hasilnya tetap sama tidak ada perubahan. Hingga akhirnya pak guru Karang yang suka mabuk dan terpuruk akan kehidupannya, yang datang menolong melati agar dapat mengenal Tuhan, dunia dan seisinya, sudah beberapa kali bunda melati mengirimkan surat bahkan mengujungi Karang langsung ke rumah ibu gendut dimana karang tinggal utuk meminta bantuan agar bersedia membantu Melati, awalnya Karang tak ada minat sedikitpun utuk membantu Melati karena rasa bersalah dan putus asa yang masih terbayang dibenaknya, yaitu menewaskan 18 anak didiknya di taman bacaan ketika terjadi kecelakaan tengelamnya kapal, hal itu masih terbayang di benak Karang karena tak dapat menyelamatkan mereka, namun karena bujukan ibu gendut dan kecintaan Karang terhadap anak kecil, ia akhirnya berubah pikiran dan ingin membantu Melati lepas dari segala putus asa dan rasa keingitahuannya yang sudah lama terpendam dalam benaknya untuk mengenal dunia dan seisinya.
Karang berusaha semampunya mengajari Melati mengenal benda, mengajari ia tata krama, makan dan lain sebagainya, yang sebelumnya Melati amat sangat sulit makan dengan sendok, akhirnya ia mampu walau harus berulang kali gagal, Melati sudah mampu duduk di atas kursi jika ia makan, hampir rasa putus asa itu timbul dalam diri Karang namun secara bertahap kebesaran Tuhan sudah mulai terlihat dalam diri Melati. Walau banyak kendala yang dialami oleh Karang, kerap beberapa kali ia hampir diusir dari rumah mewah itu karena dianggap tak ada hasil atau perkembangan dalam diri Melati, namun pada suatu ketika Melati tak dapat lagi membendung rasa keingin tahuannya akan benda yang dinginkan dan sangat mnyenangkan baginya itu, ia keluar berjalan meraba-raba menuju taman, bediri dibawah rintikan hujan merasakan benda yang sangat ia sukai, Lalu keajaiban datang ketika air mancur itu membasuh lembut telapak tangan Melati. Melati merasakan aliran air di sela jemarinya. Saat itulah untuk pertama kalinya Karang melihat Melati tertawa. Karang akhirnya mengerti, melalui telapak tangan itulah Karang menuliskan kata Air, dan meletakkan telapak tangan Melati kemulutnya dan berkata A-I-R. Melati akhirnya mengerti benda yang menyenangkan itu bernama air. Melalui telapak tangan Melati, air mancur yang mengalir di tangan dan sela-sela jarinya berhasil mencukilnya. Melalui telapak tangan itulah semua panca indera nya kembali berfungsi. Akhirnya dunia Melati tidak lagi gelap. Dia bisa mengenali orang tuanya, dia bisa mengenali kursi, sendok, pohon dan sebagainya.

Kelebihan
Dalam novel ini menyuguhkan perjuangan hidup yang tidak mudah yang dialami oleh anak-anak. Baik itu Karang yang yatim piatu maupun Melati dengan segala kekurangannya. Namun ada satu kesamaan antara mereka, anak-anak selalu punya janji masa depan yang lebih baik. Penulis berulang kali mengungkapkan kalimat yang mengingatkan pembaca untuk bersabar dan bersyukur “Hidup ini adil, sungguh Allah Maha Adil, kitalah yang terlalu bebal sehingga tidak tahu dimana letak keadilanNya, namun bukan berarti Allah tidak adil”.

Kekurangan
Penggunaan berulang-ulang kosakata yang tidak baku serta kalimat tambahan yang tidak perlu sehingga mengganggu kenyamanan dalam membaca. Seperti penggunaan kata “ibu-ibu gemuk” yang artinya menunjuk pada seorang ibu yang bertubuh subur. Pilihan penulis dalam penempatan setting dan kegiatan pendukung dalam novel terasa kurang tepat. Dalam novel semua tokoh digambarkan sebagai orang-orang muslim dengan segala aktivitas dan atribut mereka, namun pada ending cerita penulis menciptakan suasana pesta kembang api yang dirayakan pada tahun baru Imlek oleh masyarakat termasuk para tokoh novel. Secara tidak langsung menyebutkan secara jelas kota atau negara terjadinya peristiwa dalam novel, sejak awal penulis hanya menyebutkan tempat-tempat semu: “rumah di atas bukit”, “daerah jauh dari ibu kota”, “Tuan dan Bunda HK”. Jadi tidak terlihat jelas keberagaman budaya atau mayoritas budaya penduduk yang ada di daerah tempat tinggal tokoh Melati, sehingga kurang menjadikan alasan tepat jika penulis dengan tiba-tiba memasukkan salah satu kegiatan tahunan keluarga Melati adalah merayakan tahun baru China dan tidak sesuai dengan karakter tokoh yang beragama muslim lalu merayakan tahaun baru cina.

Kesimpulan
Novel ini diangkat dari salah satu kisah nyata paling mengharukan yang terjadi di Alabama 1880-1968, menceritakan perjuangan seorang anak dengan penyakit yang tiba-tiba datang menghampirinya tanpa sebab. Buta, tuli, dan bisu, dengan semua keterbatasan yang dimilikinya dia tetap berusaha dan tegar, namun semua yang dirasakannya hanya gelap, tentang dunia dan Tuhan gelap gulita. Rasa ingin tau yang hanya hanya bisa terpendam dalam diri membuatnya mudah marah. Membuat keluarganya sedih melihat keadaannya.

            Cobaan ini merupakan bentuk kasih sayang Allah yang diberikan kepada hambanya, dengan segala usaha sang ibu, Allah memberikan jalan keluar dari cobaan itu melalui seorang pemuda. Jalan cerita novel ini sangat menyentuh hati dan juga pengarangnya sangat kreatif.


Referensi: