Nama : Nuri Eka Wahyumiati
Kelas : 1EA17
NPM : 15212498
BAB 9
Manusia dan Tanggung Jawab
Pengertian
Tanggung Jawab
Menurut
kamus umum Bahasa Indonesia, Taggung jawab adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya. Berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala
sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung
jawab adalah kesadaran akan tingkah laku yang telah diperbuatnya secara sengaja
maupun tidak disengaja. Berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Dengan bertanggung jawab, seseorang menjadi lebih menghargai sesuatu yang ia
miliki, lebih menghargai apa yang telah di dapatnya. Seseoramg mau bertanggung
jawab karena ada kesadaran atau keinsyafan atas segala perbuatannya. Dan juga
karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam.
Macam
– macam Tanggung Jawab
Berikut
adalah tanggung jawab menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya:
a.
Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Mengharuskan
kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan
kepribadian sebagai manusia pribadi. Manfaat yang di dapat adalah manusia bisa
memecahkan masalah kemanusiaan tentang dirinya sendiri menurut sifat dasarnya
manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi.
Contoh:
andi adalah seorang juara di kelasnya, ketika ada ujian ia sangat yakin pasti
bisa mengerjakannya, ia begitu cepat mengerjakannya, padahal waktu yang
diberikan sangatlah banyak, tanpa pikir panjang, tanpa diperiksa lagi, andi
langsung saja mengumpulkan kertas ujiannya pada pengawas. Beberapa hari kemudian
saat dibagikan hasil ujiannya, ternyata andi termasuk salah satu siswa yang
nilainya rendah. Teman – temannya pun tidak percaya bahwa andi menjadi salah
satu siswa yang mendapatkan nilai terendah. Konsekuensinya harus ikut ujian
ulang atau remedial untuk memperbaiki nilainya.
b.
Tanggung jawab terhadap keluarga
Dalam
keluarga ada bapak, ibu, anak, dan orang lain yang menjadi aanggota keluarga .
tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya, menyangkut
nama baik keluarga. Tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan,
pendidikan, dan kehidupan.
Contoh:
sepasang suami istri telah dkarunia 5 orang anak, karena sang suami terkena PHK
di tempatnya bekerja, ia sudah mencari cari lowongan pekerjaan tapi tak kunjung
dapat. Demi menghidupi seorang istri dan kelima anaknya, ia rela mau tidak mau
mengambil jalan mencuri disebuah rumah mewah.
Dilihat
dari segi moral, hal ini tidak bisa diterima karena mencuri merupakan perbuatan
tidak terpuji dan dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain, tetapi
dari segi tanggung jawabnya ia termasuk orang yang dipuji, karena demi
keluarganya ia rela berkorban apa saja sekalipun itu mengancam nyawanya.
c. Tanggung jawab
terhadap Masyarakat
sebenarnya manusia tidak bisa hidup
sendiri tanpa orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial, saling
membutuhkan satu sama lain maka dari itu harus ada interaksi dengan manusia
lainnya. Manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentu mempunyai
tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan
hidupnya di dalam masyarakat itu.
d. Tanggung jawab
kepada Bangsa / Negara
Setiap manusia adalah warga negara
suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia
terikat oleh norma – norma yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat
apapun. Jika manusia itu salah, maka harus bertanggung jawab kepada negara.
Contoh: Dalam novel jalan tak ada
ujung karya Muchtar Lubis , Guru Isa yang terkenal sebagai guru yang
baik, terpaksa mencuri barang – barang milik sekolah demi rumah tangganya.
Perbuatan guru isa ini harus pula dipertanggungjawabkan kepada pemerintah.
Kalau perbuatan itu diketahui, i harus berurusan dengan pihak kepolisian dan
pengadilan.
e. Tanggung jawab
terhadap Tuhan
Manusia diberi tanggung jawab olehTuhan
untuk mengisi kehidupannya dengan hal – hal yang bermanfaat, sehingga manusia
tidak bisa lepas dari hukuman – hukuman Tuhan yang sudah dituliskan dalam kitab
suci dengan berbagai macam agama. Jika manusia mengabaikan perintah – perintah
Tuhan berarti dia meninggalkan tanggung jawab.
Contoh: seorang biarawati dengan ikhlas
tidak menikah selama hidupnya karena dituntut tanggung jawabnya terhadap Tuhan
sesuai dengan hukum – hukum yang ada pada agamanya, hal ini dilakukan agar ia
dapat sepenuhnya mengabdikan diri kepada Tuhan demi rasa tanggung jawabnya.
Dalam rangka memenuhi tanggung jawab ini ia berkorban tidak memenuhi kodrat
manusia pada umumnya yang seharusnya meneruskan keturunannya, yang sebetulnya
juga merupakan sebagian tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan.
Pengabdian
dan Pengorbanan
Pada
hakekatnya pengabdian adalah tangung jawab. Jika orang bekerja keras sehari
penuh untuk mencukupi kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga.
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat atau tenaga
sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, dilakukan dengan
ikhlas. Berikut macam – macam pengabdian:
1.
Pengabian terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Tuhan dan merupakan perwujudan yang diikuti oleh
pengorbanan. Contoh: Umat islam melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari,
melakukan zakat, melaksanakan kurban.
2.
Pengabdian terhadap Masyarakat
Manusia
dibesarkan dalam lingkungan masyarakat, sehingga dalam perwujudan tanggung
jawabnya kemudian melakukan pengabdian dan pengorbanan. Contoh: seorang
mahasiswa yang telah lulus kemudian berusaha memajukan pertanian di desanya
dengan membantu petani bagaimana cara mendapatkan hasil panen yang baik dan
bagus.
3.
Pengabdian kepada Raja
Menyerahkan
diri dengan ikhlas kepada rajanya, arena dianggap melindunginya, walaupun
sekarang jarang terjadi. Contoh: seorang gadis dengan sukarela dijadikan selir
olh rajanya.
4.
pengabdian kepada negara
seseorang
merasa iut bertanggung jawab kepada kelestarian (kelangsungan) negara dan demi
persatuan kesatuan bangsa. Contoh: dalam usaha merebut kmbali irian barat dari
penjajah belanda, banyak pemuda yang mendaftarkan diri menjadi sukarelawan.
5. Pengabdian kepada harta
6. Pengabdia kepada keluarga
Contoh
Pengabdian:
Sepasang suami
istri guru sekolah dasar di sebuah desa anaknyacukup banyak, yaitu 6 orang.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga besar tersebut, si ibu tetap bekerja
sebagai guru, karena tahu bahwa gaji suaminya juga kecil.si ibu di rumah tidak
melepaskan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga, karena memang tidak
mampu membayar pembantu, untuk urusan pendidikan di sekolah si bapa bertanggung
jawab, sedangkan si ibu untuk urusan pendidikan yang bersangkutan dengan rumah
tangga. Si bapak membimbing putra putrinya dalam belajar di rumah malam hari,
sedangkan siang hari saling membatu dengan praktek biologi seperti menanan
sayur, memelihara ternak yang hasilnya langsung dapat dimanfaatkan oleh
keluarga. Si ibu mengajar putra putrinya memasak, mencuci piring, mencuci
pkaian, membersihkan rumah. Anak – anaknya yang mulai besar menjadi semacam
asistennya. Setelah anak – anaknya mulai harus sekolah di kota, mereka itu
hanya disewakan kamar yang murah dengan harus memasak dan mencuci sendiri yang
sudah terlatih selama di desa. Demikianlah maka kamar itu makin banyak
penghuninya oleh adik – adik yang juga menyusul kakak untuk belajar di kota.
Sekali seminggu sekali seorang pulang untuk mengambil uang dan perbekalan di
desa, dan sebulan sekali ayah dan ibunya datang ke kota untuk tetap mengakrabkan
hubungan mereka sebagai keluarga, sekaligus mengontrol apakah anak – anaknya
menjalankan kewajibannya secara benar. Hal demikian juga dilakukan oleh
keluarga itu ketika anak pertamanya harus masuk ke perguruan tinggi. Pada waktu
si sulung sudah lulus dan bekerja, ia pindah ke tempat kerjanya dan berfungsi
sebagai donatur terhadap adik – adiknya, alhasil seluruh putra – putri keluarga
guru tersebut dapat menamatkan sekolahnya dan menjadi sarjana. Sementara itu si
bapak dan ibu bertahan bekerja sebagai guru di desa demi mengabdi kepada putra
putrinya agar dapat menjad manusia yang hidupnya tidak sesulit dirinya. Waktu
mereka sudah pensiun, mereka merasakan pengabdiannya kepada putra putrinya juga
sudah cukup, mereka merasa senang karena mampu membekali putra putrinya dengan
ilmu yang dijadikan kail dala menempuh kehidupan ini. Rang tua itu tidak
membekali dengan ikan, karena akan cepat habis tanpa ikan!
Demikianlah
contoh pengabdin orang tua kepada putra putrinya demi kebahagiaan keluarga
mereka.
Pengorbanan
berasal dari kata korban atau kurban berarti persembahan, sehingga dapat
diartikan pemberian untuk menyatakan kebaktian. Pengorbanan yang bersifat
kebaktian adanya keikhlasan dan tidak meminta pamrih.
Berikut
contoh sebuah pengrbanan:
Nabi
Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk mengorbankanputra tunggalnya ismail.
Walaupun ia sangat sayang pada putranya tersebut, perintah Allah untuk
mengorbankan tetap dipatuhinya. Allah menguji kesetiaandan besarnya pengorbanan
Nabi Ibrahim. Nabi ibrahim tidak sampai hati melihat pisaunya dipotongkan ke
leher putranya, tetapi ia sudah bertekad setia menjalankan perintahNya.
Kemudian terbukti, bahwa putra yang mau dikorbankan kepada Allah sudah berganti
dengan biri – biri. Pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim kepada Allah
lebih tinggi kadarnya daripada pengorbanan oleh Nabi ibrahim sekarang yang
ditiru oleh umat islam, yang menjalankan ibadah haji di Tanah suci maupun umat
islam di wilayah lain dengan mengorbankan ternak untuk keperluan fakir miskin
pada hari raya Idul Qurban.
Pengorbanan
merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan berupa, harta benda, pikiran,
perasaan, ataupun jiwanya. Pengorbanan dilakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih,
tanpa ada perjanjian, transaksi. Pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada
pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu.
Referensi:
Sumber: Seri Diktat
Kuliah MKDU: Ilmu Budaya Dasar karya Widyo Nugroho dan Achmad Muchji,
Universitas Gunadarma
BAB
10
Manusia dan Kegelisahan
Pengertian
Kegelisahan
Kegelisahan
adalah asal kata dari gelisah berarti tidak tentram, merasa khawatir, perasaan
tidak tenang, tidak sabar. Jadi, kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan
seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir, tidak tenang
dalam tingkah lakunya, merasa cemas.kegelisahan merupakan salah satu ekspresi
dari kecemasan.
Menurut
sigmund freud ahli psikoanalisa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia:
1.
Kecemasan obyektif/ kenyataan
Suatu
pengalaman sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya
adalah keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakan
jiwanya. Contoh: seseorang terkejut ketika mengetahui ada serangga yang
menempel di pakaiannya.
2.
Kecemasan Neorotis (syaraf)
Timbul
karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Kecemasan ini dibagi lagi
menjadi tiga macam menurut sigmund freud:
·
Kecemasan karena penyesuaian diri dengan lingkungan
·
Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia)
·
Rasa takut lain ialah rasa gugup, gagap, dll.
3.
Kecemasan moril
Disebabkan
karena pribadi seseorang.
Sebab
– sebab orang gelisah
Sebab
sebab orang gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak –
haknya, akibat dari suatu ancaman, dari luar maupun dari dalam.
Contoh:
Jika
ada suatu tanda bahaya (bahaya banjir, gunung meletus, tsunami, dll) orang
pasti akan merasa gelisah. Hal itu disebabkan karena bahaya itu mengancam akan
kehilangan beberapa hak orang sekaligus, misalnya hak untuk hidup, hak untuk
memperoleh perlindungan, dan mungkin hak nama baik. Misalnya ada tanda
kentongan dipukul terus menerus dan disambung bersaut sautan lama kelamaan akn
semakin dekat, sudah pasti orang – orang akan gelisah, bingung bertanya tanya
apakah yang akan terjadi? Walaupun berita itu belum ada, setidaknya sudah ada
tanda bahaya.
Usaha
– usaha Mengatasi Kegelisahan
·
Harus bersikap tenang, kita dapat berpikir dengan tenang
sehingga segala kesulitan dapat teratasi.
·
Diperlukan sedikit pemikiran
§ kita tanyakan kepada diri kita sendiri
(introspeksi diri), akibat yang paling buruk seperti apa yang harus kita
tanggung atau yang akan terjadi, kenapa hal itu bisa terjadi, apa penyebabnya
dll.
§ Bersedia menerima akibatnya dengan
tabah dan senang hati semoga kecemasan tersebut akan hilang dalam jiwa kita.
§ Bersama – sama seiring berjalannya
waktu kita dapat mencoba untuk memperkecil dan mengurangi keburukan – keburukan
akibat timbulnya kecemasan, dengan begitu kita tidak akan merasakan lagi adanya
perasaan kecemasan atau kegelisahan dalam jiwa kita.
·
Memasrahkan diri kepada Tuhan, percaya bahwa Tuhan Maha
Kuasa, Maha Pengasih, Maha Pengasih, dan Maha Pengampun.
Keterasingan
Keterasingan
berasal dari kata Terasing berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari
yang lain atau terpencil. Terasing adalah kata dasar dari asing berarti
sendiri, tidak mengenali siapa pun. Jadi, keterasingan adalah sesuatu yang
berhubungan dengan tersisihkannya dari pergaulan, terpencil, atau terpisah dari
yang lain.
Seseorang
dapat berada dalam keterasingan adalah karena perilakunya tidak dapat diterima
atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat atau kekurangan yang ada pada diri
seseorang, sehingga ia sulit meyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat.
Ayat Al-Qur’an Tentang Keterasingan
”Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sungai.
Maka, barang siapa
di antara kamu meminum airnya maka ia bukan golonganku, dan barang siapa yang
tidak meminumnya maka ia adalah golonganku, kecuali yang menciduk seciduk
dengan tangannya” (QS. Al-Baqarah:249)
Kesepian
Kesepian
berarti merasa sunyi atau lengang, tidak seseorang yang menemani. Setiap orang
pasti pernah merasakan kesepian, lama atau tidaknya rasa sepi itu tergantung
pada mental orang itu dan kasus penyebabnya.
Contohnya:
Pangeran
sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan,
keramaian, dan ketidakpastian. Karena frustasi menyaksikan kontradiksi kedan
istana dengan keadaan luar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan
istana dan pergi ke tempat yang sepi, mencari hakekat hidup.
Tiga
penyebab terjadinya kesepian:
·
Psychological Problems
Sebab
potensial yang dapat menimbulkan kesepian, terutama bila indovidu yang
bersangkutan tidak mampu menyelesaikan masalah terus menerus larut dalam
kesedihan.
·
Interpersonal Problems
karena
individu kehilangan orang – orang terdekatnya atau memutuskan hubungan dengan
orang lain.
·
Social Shock
Membawa dampak
negatif, terutama pada masyarakat perkotaan (urban society) seperti
pengangguran.
Ketidak
Pastian
Ketidak
pastian atau tidak pasti berarti tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tidak
ada kejelasan. Jadi, ketidak pastian adalah keadaan yang tidak pasti, keadaan
tanpa arah yang jelas dan tanpa aal usul yang jelas diakibatkan pikirannya
tidak dapat konsentrasi. Konsentrasi tersebut disebabkan oleh berbagai sebab
yang jelas pikirannya kacau.
Berikut
sebab – sebab orang tidak dapat berpikir dengan pasti:
·
Obsesi
Adanya
pemikiran atau perasaan tertentu yang terus menerus, biasanya mengenai sesuatu
hal yang kurang menyenangkan. Misalnya, selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan
dia.
·
Phobia
Rasa
ketakutan yang tak terkendali, kepada sesuatu hal atau kejadia tanpa diketahui
sebabnya.
·
Kompulasi
Ada
keraguan mengenai apa yang telah dilakukan, sehingga muncul dorongan yang tak
disadari ketika melakukan perbuatan yang serupa dengan berkali – kali.
·
Histeria
Tekanan
mental, kekecewaan, tidak mampu menguasai hati, sugesti dari sikap orang lain.
·
Delusi
Pemikiran
yang tidak baik, karena berdasarkan suatu keyakinan yang palsu. Terdapat tiga
macam delusi:
·
Delusi persekusi : menganggap keadaan disekitarnya buruk.
·
Delusi keagungan :
menganggap dirinya orang penting dan besar.
·
Delusi melancholis :
merasa dirinya bersalah, hina, dan berdosa.
·
Halusinasi
Khayalan
yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera.
·
Keadaan emosi
Contoh ketidak pastian:
Pada musim libur panjang, Samsul Bahri
pulang ke kampung halaman, dan setiap pulangnya Samsul bermain ke rumah
Nurbaya, mantan kekasihnya. Kedatangan Samsul di rumah Nurbaya yaitu untuk
mengulang kisah cintanya. Saat itu ketahuan Samsul Bahri oleh Datuk Maringgih,
suami Nurbaya. Melihat itu Samsul bahkan menghantam si tua bangka itu. Siti
Nurbaya menjerit histeris. Jeritan itu terdengar oleh ayah Nurbaya; ayahnya
keluar melihat kejadian tersebut fisiknya gemetar, jatuh lalu meninggal (Siti
Nurbaya, Marah Rusli)
Usaha – usaha untuk mengatasi ketidak
pastian
·
Tetap percaya diri
·
Selalu berpikir positif dimana pun dan dalam keadaan apapun
·
Bersikap lebih tenang dalam menghadapi sesuatu
·
Lebih bisa mengendalikan emosi
“dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang
Al-Qur’an yang Kami ahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong penolongmu selain Allah,
jika kamu orang – orang yang benar.” (Q.S. Al-Baqarah (2) : 23)
Referensi:
Sumber: Seri Diktat Kuliah MKDU: Ilmu
Budaya Dasar karya Widyo Nugroho dan Achmad Muchji, Universitas Gunadarma
http://fallingmeteorite.wordpress.com/2012/05/31/68/23Januari2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar