1.
Bagaimana
peranan bahasa daerah dalam perkembangan Bahasa Indonesia?
Sebagai bahasa resmi dalam
penyelenggaraan pemerintah dan pendidikan serta pengembangan keilmuan, bahasa
indonesia memerlukan pengembangan kata dan
istilah. Kekayaan kosakata suatu bahasa mengindikasikan kemajuan
peradaban bangsa. Seiring berjalannya waktu, bahasa indonesia terus menunjukkan
perkembangan. Perkembangan bahasa indonesia telah diwarnai bahasa asing seperti
bahasa Arab, Portugis, Cina, Belanda, dll. Selain diwarnai dan dipengaruhi
bahasa asing, bahasa Indonesia juga dipengaruhi bahasa daerah atau bahasa
lokal. Peran bahasa lokal terhadap perkembangan bahasa Indonesia cukup
signifikan.
Interaksi budaya mengakibatkan kosakata
bahasa-bahasa Indonesia yang berlatar belakang bahasa ibu turut mecoraki
perkembangan kosakata bahasa Indonesia. Bahasa lokal, terutama bahasa lokal
yang memiliki tradisi tulis serta memiliki penutur dalam jumlah besar memiliki
pengaruh terhadap bahasa Indonesia.
Pengaruh urbanisasi sangat besar terhadap
penyerapan kosakata bahasa lokal ke dalam bahasa Indonesia. Orang-orang dari
daerah yang merantau ke kota-kota besar membuat mereja tidak bisa meninggalkan
bahasa lokalnya secara seketika, sehingga kosakata dalam bahasa lokal nyatak
sengaja terlontar. Bahasa lokal yang diucapkan oleh perantau inilah yang lambat
laun diserap menjadi bahasa Indonesia.
Terdapat ratusan bahasa lokal yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Umumnya bahasa lokal mewakili suatu
suku, namun keragaman budaya tak jarang membuat sebuah suku memiliki berbagai
jenis bahasa lokal. Bahasa lokal sangat penting keberadaannya. Banyak kosakata
dari bahasa lokal diserap jadi bahasa indonesia sehingga memperkaya bahaa
indonesia. Selain itu, bahasa lokal adalah identitas sebuah budaya, terutama
budaya lokal. Bahasa lokal harus dilestarikan agar tidak punah ditelan waktu.
Beberapa kelebihan bahasa lokal antara
lain: komunikasi antar sesama suku dapat berjalan lebih akrab sehingga rasa
persaudaraan akan lebih terjalin, bahasa lokal tidak bersifat kaku karena bukan
bahasa resmi. Sedangkan kelemahan bahasa lokal adalah dapat menimbulkan
kesalahpahaman jika bahasa lokal dilontarkan secara tidak sengaja di hadapan
orang yang tidak mengerti, dan bahasa serapan dari bahasa lokal sulit dipelajari
orang asing karena berbeda dialek.
Posisi bahasa lokal adalah sebagai
penunjang bahasa Indonesia. Sebab mayoritas kosakata bahasa indonesia adalah
serapan dari bahasa-bahasa lain terutama bahasa daerah, sehingga bahasa
Indonesia kerap disebut sebagai bahasa persatuan.
Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah dalam
Bahasa Indonesia
Indonesia terdiri atas berbagai suku
dengan bahasanya masing-masing. Berdasarkan laporan hasil penelitian
Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa-Bahasa di Indonesia yang dilakukan oleh Badan
Bahasa pada tahun 2008, telah berhasil diidentifikasi sejumlah 442 bahasa.
Hingga tahun 2011, tercatat terjadi penambahan sejumlah 72 bahasa sehingga
jumlah keseluruhannya menjadi 514 bahasa. Jumlah tersebut masih dapat bertambah
karena masih ada beberapa daerah yang belum diteliti. Di dalam situasi yang
multikultural dan multilingual tersebut, sentuh bahasa dan sentuh budaya tidak
dapat dihindari. Kontak bahasa itu menimbulkan saling serap antara unsur bahasa
yang satu ke dalam bahasa yang lain.
Penyerapan kosakata bahasa daerah,
terutama kosakata budaya, merupakan suatu usaha yang harus didukung dalam usaha
pengembangan bahasa Indonesia. Dukungan tersebut layak diberikan karena
ternyata banyak sekali konsep yang berasal dari kosakata bahasa daerah yang
tidak dapat ditemukan dalam konsep bahasa Indonesia dan kalaupun ada, bentuknya
biasanya berupa frasa. Selain itu, kosakata bahasa daerah juga memiliki
ungkapan yang berisi nilai-nilai kearifan lokal yang biasanya hanya dapat
dijumpai dalam bahasa tertentu.
Selain itu, seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat, perkembangan itu juga harus
diimbangi dengan pengembangan kosakata. Kosakata serapan dari bahasa daerah,
dalam hal ini, dapat dimanfaatkan sebagai media alternatifnya. Sejauh ini,
sudah ada beberapa istilah yang telah dimanfaatkan dan sudah diterima oleh
masyarakat, misalnya kata unduh dan unggah yang diserap dari bahasa Jawa yang
digunakan sebagai padanan kata download dan upload.
Usaha penyerapan kosakata tersebut
tentunya harus diikuti dengan kodifikasi sehingga nantinya akan tercipta keteraturan
bentuk yang sesuai dengan kaidah pemakaian bahasa Indonesia. Salah satu bentuk
produk kodifikasi itu ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI juga
menjadi penting karena kamus itu dibuat oleh lembaga pemerintah dan dipakai
sebagai acuan oleh masyarakat. Selain itu, keberagaman kosakata bahasa daerah
yang terserap di dalamnya dapat menjadi salah satu tolok ukur seberapa jauh
pemerintah memperhatikan bahasa daerah di Nusantara. Dalam konteks persatuan,
dimasukkannya kosakata bahasa daerah secara tidak langsung akan menumbuhkan
rasa memiliki bahasa Indonesia.
Bahasa Daerah dan Fungsinya
Dalam rumusan Seminar Politik Bahasa
(2003) disebutkan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa
perhubungan intradaerah atau intramasyarakat di samping bahasa Indonesia dan
yang dipakai sebagai sarana pendukung sastra serta budaya daerah atau
masyarakat etnik di wilayah Republik Indonesia. Bahasa Indonesia, bahasa rumpun
Melayu, dan bahasa asing tidak masuk dalam kategori bahasa daerah. Kemudian,
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007, juga dijelaskan
mengenai batasan bahasa daerah, yaitu bahasa yang digunakan sebagai sarana
komunikasi dan interaksi antaranggota masyarakat dari suku atau kelompok etnis
di daerah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Batasan yang kedua,
dibandingkan dengan batasan pertama, sama-sama melihat bahasa daerah dari sudut
pandang fungsi dan area pemakaian bahasa. Akan tetapi, batasan kedua lebih
jelas dalam menunjukkan hal penutur bahasa daerah, yakni suku atau kelompok
etnis. Meskipun demikian, kedua batasan tersebut tampaknya masih dirasa kurang
lengkap. Batasan tersebut tidak menyebutkan secara jelas asal-usul bahasa dan
penuturnya. Oleh karena itu, batasan bahasa daerah itu disempurnakan lagi dalam
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa bahasa
daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara
Indonesia di daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahasa daerah setidaknya memiliki lima
fungsi, yaitu sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas
daerah, (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, (4)
sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia, serta (5) pendukung sastra
daerah dan sastra Indonesia. Sementara itu, dalam hubungannya dengan fungsi
bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa
Indonesia, (2) bahasa pengantar di tingkat permulaan sekolah dasar di daerah
tertentu untuk memperlancar pengajaran
bahasa Indonesia dan/atau pelajaran lain, dan (3) sumber kebahasaan untuk
memperkaya bahasa Indonesia. Selain itu, dalam situasi tertentu bahasa daerah
dapat menjadi pelengkap bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintah di
tingkat daerah.
Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah dalam
Bahasa Indonesia
Ada beberapa cara untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi kosakata bahasa daerah dalam bahasa Indonesia. Salah
satunya adalah dengan melihat keberadaan kosakata bahasa daerah di dalam kamus.
Kamus, selain menjadi sumber rujukan dalam memahami makna kata suatu bahasa,
juga merupakan rekaman tertulis penggunaan bahasa yang (pernah) digunakan oleh
masyarakat penggunanya. KBBI merupakan salah satu kamus komprehensif yang
merekam penggunan kata, termasuk di dalamnya kosakata bahasa daerah yang telah
diserap ke dalam bahasa Indonesia. KBBI disusun berdasarkan kamus bahasa
Indonesia yang telah ada sebelumnya, seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Poerwadarminta, 1985), Kamus Indonesia (Harahap, 1951), dan Kamus Modern
Bahasa Indonesia (Zain, t.t.).
KBBI Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008)
memuat kurang lebih 70 bahasa daerah yang telah dianggap sebagai warga bahasa
Indonesia. Selain bahasa daerah, KBBI juga memuat dialek Melayu, seperti Melayu
Jakarta, Melayu Jambi, dan Melayu Medan, serta memuat bahasa asing, seperti
bahasa Arab, bahasa Belanda, dan bahasa Cina.
Kosakata dari bahasa daerah tersebut
dapat diidentifikasi dengan dua cara, yaitu (1) melihat label yang ditulis
antara lema dan kelas kata dan (2) melihat informasi asal bahasa yang ada di
dalam definisi. Berdasarkan penghitungan dengan hanya memperhatikan label
penggunaan bahasa daerah, diketahui bahwa kosakata serapan bahasa daerah berjumlah
3.592 entri. Jika dilihat dari jumlah entri yang terdapat dalam KBBI Edisi
Keempat (2008) yang memuat 90.049 entri, bahasa daerah ternyata hanya
memberikan kontribusi sebesar lebih kurang 3,99% dalam kosakata bahasa
Indonesia. Jumlah tersebut sungguh sangat kecil. Oleh karena itu, pernyataan
yang menyebutkan bahwa bahasa daerah adalah pilar utama dan penyumbang terbesar
kosakata bahasa negara, seperti yang tersurat dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 40 Tahun 2007, perlu dipertimbangkan kembali.
ada beberapa faktor lain yang
memengaruhi banyak atau sedikitnya kosakata bahasa daerah diserap ke dalam
bahasa Indonesia, khususnya ke dalam KBBI, yaitu
kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah
oleh wartawan di media massa,
kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah
oleh penulis atau sastrawan dalam karangannya,
kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah
oleh tokoh publik, dan
ketersediaan konsep baru pada kosakata bahasa
daerah yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu dengan berbagai dialeknya
dalam KBBI tidak dianggap sebagai bahasa daerah karena bahasa Melayu mendasari
bahasa Indonesia dan telah dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad di
seluruh kawasan Indonesia. Sumbangan dialek bahasa Melayu dalam kosakata bahasa
Indonesia di dalam KBBI (2008), dengan melihat label yang ditulis antara lema
dan kelas kata, tercatat sebanyak 596 entri, seperti terlihat pada tabel di
bawah ini. Jumlah tersebut, jika diperingkatkan dalam tabel penyumbang
kosakata, berada pada posisi ketiga, setelah bahasa Jawa dan bahasa Minang.
Kosakata bahasa daerah merupakan sumber
dan benih pengembangan kosakata bahasa Indonesia. Penyerapan kosakata bahasa
daerah bermanfaat untuk pemekaran dan pemerkayaan bahasa Indonesia serta untuk
pengembangan bahasa daerah itu sendiri.
Besar kecilnya kosakata suatu bahasa
daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, khususnya yang telah dimuat di
dalam KBBI, janganlah dianggap sebagai satu-satunya ukuran dalam upaya
pengembangan kosakata. Usaha untuk mengembangkan kosakata budaya tersebut harus
terus dilakukan. Masyarakat harus didorong dan diberi kemudahan sehingga
memiliki ruang gerak dan potensi untuk memperkenalkan atau memopulerkan
budayanya melalui kosakata bahasa daerah. Pemerintah, melalui lembaga/instansi
yang berwenang, juga harus mendukung upaya tersebut.
Kesimpulan:
Jadi,
dapat dikatakan bahwa bahasa daerah dengan bahasa indonesia memiliki hubungan
yang sangat erat, saling melengkapi. Bahasa daerah biasa digunakan atau
dipraktikkan dalam suku di daerah tertentu, misal pada suku jawa berarti bahasa
daerah yg digunakan bahasa jawa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
bahasa daerah dapat menjadi bahasa pengantar di sekolah dasar utamanya dalam
pengajaran bahasa indonesia. Manfaatnya adalah, negara Indonesia dapat mencetak
generasi-generasi baru yang mampu menguasai bahasa indonesia dg baik serta
tidak juga melupakan bahasa daerahnya dimana ia berasal. Kita sebagai warga
negara indonesia harus bisa menyeimbangkan tatanan berbahasa kita. Jangan
karena kita berasal dari daerah, kemudian kita tidak mampu menguasai bahasa
indonesia, begitupun sebaliknya. Walau bagaimanapun, bahasa indonesia adalah
bahasa persatuan kita.
2.
Sejauh
mana pengaruh bahasa pergaulan dalam perkembangan Bahasa Indonesia?
Penggunaan
Bahasa Gaul Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia
Seiring dengan perkembangan zaman ke
zaman khususnya di Negara Indonesia semakin terlihat pengaruh yang diberikan
oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia dalam penggunaan tata bahasanya.
Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas menimbulkan dampak negatif terhadap
perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat sekarang dan
masa yang akan datang. Dewasa ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa
gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari
pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai
bahasa gaul daripada pemakaian bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian
bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat, seharusnya kita menanamkan
kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional. Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali
dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan
bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa diantaranya sebagai berikut:
Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam
Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul
Berbahasa sangat erat kaitannya dengan
budaya sebuah generasi. Kalau generasi negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya
bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin
sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas
bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini
kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus
globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang
mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat
ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini
diperparah lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari
pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang paling banyak
menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di masyarakat.
Yang menyebabkan punahnya bahasa
indonesia
Penggunaan bahasa gaul yang semakin
marak di kalangan remaja merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap
bahasa indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi
muda zaman sekarang. Sehingga tidak dapat dipungkiri suatu saat bahasa
Indonesia bisa hilang karena tergeser oleh bahasa gaul di masa yang akan
datang.
Beberapa
dampak Positif dan Negatif dari Penggunaan Bahasa Gaul
Segala sesuatu pasti mempunyai dampak
positif dan negatif. Begitu pula dengan bahasa gaul yang juga mempunyai dampak
positif dan negatif terhadap penggunanya dan orang lain.
a.
Dampak Positif
Dampak positif dengan digunakannya
bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau
tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau
inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang
tepat dan komunikan yang tepat juga.
b.
Dampak Negatif
Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit
penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah
atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik
dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah
dikerjakan dengan menggunakan bahasa gaul. Karena, bahasa gaul tidak masuk ke
dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat
tidak diperkanakan menggunakan bahasa gaul. Jadi, ketika situasi kita dalam
situasi yang formal jangan menggunakan bahasa gaul sebagai komunikasi.
Kata-kata yang digunakan dalam berbicara
seseorang dapat mencerminkan kemampuan berpikir dan tingkat kepribadiannya.
Kepribadian seseorang yang baik dapat memilih apa saja yang harus diucapkan dan
dibicarakan. Tidak berlebihan jika seseorang yang pandai berbahasa Indonesia,
ia akan merasa diterima dan dihargai oleh berbagai kalangan.
Ada beberapa solusi yang dapat
meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia antara lain:
1. Memberi
kesadaran dan memotivasikan remaja akan fungsi dan pentingnya dari bahasa yang
baku. Upaya ini dimaksud untuk mengajak seseorang menyadari porsi dan tempat
yang tepat bagi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Membutuhkan
suatu upaya pembiasaan. Artinya, remaja dilatih untuk berbahasa secara tepat,
baik secara lisan maupun tulisan setiap saat setidaknya selama berada di lingkungan
sekolah. Pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan
berbahasa pada remaja.
3. Proses
kesadaran dan pembiasaan ini membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang
mengikat, misalnya tugas menuliskan suatu artikel atau karangan dengan bahasa
yang baku. Hal ini akan menimbulkan keinginan remaja untuk mempelajari bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Kesimpulan:
modern
ini bahasa gaul sudah merajalela dimana mana, menyebar kesemua kalangan, muda
mudi, orgtua, bahkan anak-anak sekalipun. Mungkin pengaruh utamanya adalah
Lingkungan, jika kita berada disuatu Lingkungan tertentu menggunakan bahasa
gaul dg intensitas waktu yang cukup sering, sudah pasti terpengaruh. Fenomena
ini sangat mengancam perkembangan bahasa indonesia. Terutama bagi
generasi-generasi baru seperti anak-anak yang seharusnya mereka sejak usia dini
lebih banyak diperkenalkan bahasa indonesia yang baik dan benar. Namun
kenyataannya tidak begitu. Dengan demikian, peran orangtua sangatlah penting,
lebih rajin memperkenalkan bahasa indonesia yg baik dan benar, disekolah atau
dikampus pada mata pelajaran/mata kuliah bahasa diindonesia waktu pembelajarannya
lebih diperpanjang lagi, dan lebih menekankan pada praktiknya, praktik
bagaimana menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar