1.
Jelaskan
teori-teori tentang penalaran dan kaitannya dengan bahasa indonesia!
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir
manusia yang menghubungkan data/fakta yang ada sehingga memperoleh suatu
simpulan. Fakta/data yang akan digunakan
dalam penalaran itu boleh benar atau tidak.
Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut
proposisi. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis. Berdasarkan sejumlah proposisi yang sudah
diketahui, orang lain akan menyimpulkan sebuah proposisi baru yang belum
diketahui sebelumnya. Proses inilah yang
disebut menalar. Kegiatan penalaran
mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah.
Dari proses penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Penalaran ilmiah
mencakup kedua proses penalaran itu.
Ciri-ciri Penalaran
Adanya suatu pola berpikir yang secara
luas dapat disebut logika( penalaran merupakan suatu proses berpikir logis ).Sifat
analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu
kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi
merupakan cara berpikir secara analitik.
Bentuk Penalaran
Bentuk-bentuk penalaran yang sering
digunakan dalam wancana keseharian berupa penalaran asosiatif dan skema
dissosiatif. Penalaran asosiatif berbentuk penalaran yang memasukkan beberapa
unsure penalaran dan mengevaluasi atau mengorganisasikan unsur yang lainnya.
Penalaran dissosiatif merupakan bentuk penalaran yang memisahkan atau mengurai
unsur-unsur penalaran yang semula merupakan satu kesatuan . jenis penalaran
assosiatif tersebut tidaklah mutlak hanya berupa satu jenis penalaran, tetapi
lebih mengarah pada kecenderungan, terutama pada unsur bukti dan pembuktiannya.
Metode Penalaran
·
Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah penalaran yang
memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum
(Smart,1972:64). Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi
atau empiri. Dengan kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan
yang bersifat umum.(Suriasumantri, 1985:46). Inilah alasan eratnya kaitan
antara logika induktif dengan istilah generalisasi.
Jenis – jenis Penalaran Induktif :
Ø
Generalisasi, yaitu proses penalaran berdasarkan pengamatan atas
sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai
semua atau sebagian dari gejala serupa.
Contoh:
Orang Indonesia peramah; Bangsa Jepang
adalah pekerja yang ulet; Orang Batak pandai menyanyi.
Ø
Analogi (Analogi Induktif), yaitu proses penalaran untuk menarik suatu
kesimpulan/inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan
kebenaran gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial yang bersamaan.
Contoh:
Siswa di Medan berseragam; siswa di
Jakarta berseragam; siswa di Papua juga berseragam. Jadi, dapat dianalogikan
bahwa siswa di Semarang juga berseragam.
Ø
Hubungan Sebab-Akibat
Menurut prinsip umum, semua peristiwa
ada penyebabnya. Jangan menarik kesimpulan (sebab-akibat) yang tidak sah.
Misalnya, orang menghubungkan suatu wabah atau penyakit dengan kutukan dewa
atau tempat tertentu yang dianggap keramat.
Hubungan sebab-akibat antarperistiwa
dapat berupa: hubungan sebab ke akibat, akibat ke sebab, atau akibat ke akibat.
·
Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah suatu
penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah
diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan teori,
hipotesis, definisi operasional,instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata
lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahuluharus memiliki konsep dan
teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan.
Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori
merupakankata kunci untuk memahami suatu gejala.
Jenis – jenis Penalaran Deduktif :
Ø
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan
anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden,
simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan
disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan
disebut premis minor.
Contoh :
Premis Mayor : Tidak ada manusia yang
abadi
Premis Minor : Socrates adalah manusia
Kesimpulan : Socrates tidak abadi
Ø
Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme
hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi
premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika … konklusi tertentu
itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor
menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi. Ada 4 (empat) macam tipe
silogisme hipotesis:
Silogisme hipotesis yang premis minornya
mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
Silogisme hipotesis yang premis minornya
mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
Silogisme hipotesis yang premis minornya
mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul. Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya,
seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak
penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun
ke jalanan.
Entimen : Silogisme ini jarang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun tulisan. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Entimen atau Enthymeme berasal dari
bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis
silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah,
tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian
dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah
“enthymeme” kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak
lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut Aristoteles yang ditulis dalam
Retorika, sebuah “retorik silogisme” adalah bertujuan untuk pembujukan yang
berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk
pada demonstrasi. Kata lainnya, entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
2.
Jelaskan
apa yang dimaksud dengan metode ilmiah dan kaitannya dengan metodologi
penulisan
Metode ilmiah merupakan suatu pengajaran
terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena
ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari
fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang
fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu,
penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak
dikatakan sama.
Metode Ilmiah memiliki ciri-ciri
keilmuan, yaitu :
1. Rasional:
sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia
2. Empiris:
menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati dengan menggunakan panca
indera
3. Sistematis:
menggunakan proses dengan langkah-langkah logis.
Syarat-syarat
Metode Ilmiah, diantaranya :
1. Obyektif,
artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukung metodik fakta
empiris.
2. Metodik,
artinya pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang
teratur dan terkontrol.
3. Sistematik,
artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan.
4. Universal,
artinya pengetahuan tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau
beberapa orang saja tetapi semua orang melalui eksperimentasi yang sama akan
memperoleh hasil yang sama.
Sifat
Metode Ilmiah :
1. Efisien
dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu).
2. Terbuka
(dapat dipakai oleh siapa saja).
3. Teruji
(prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan).
Pola pikir dalam metode ilmiah :
1. Induktif: Pengambilan kesimpulan dari kasus yang
bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran secara
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang
lingkup terbatas dalam menyusun argumentasi dan terkait dengan empirisme.
2. Deduktif:
Pengambilan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir
silogismus dan terkait dengan rasionalisme.
Langkah – langkah Metode Penelitian,
diantaranya :
a. Perumusan
masalah
Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika
kita tertarik pada sesuatu hal.
Ketertarikan ini karena manusia memiliki sifat perhatian. Pada saat kita
tertarik pada sesuatu, sering timbul pertanyaan dalam pikiran kita. Perumusan
masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan dipecahkan
sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternatif cara
untuk memecahkan masalah tersebut. Perumusan masalah juga berarti pertanyaan
mengenai suatu objek serta dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan objek tersebut. Masalah yang ditemukan diformulasikan dalam sebuah
rumusan masalah, dan umumnya rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.
b. Pembuatan
kerangka berfikir
Pembuatan kerangka berfikir merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan antar berbagai faktor yang berkaitan
dengan objek dan dapat menjawab permasalahan. Pembuatan kerangka berfikir
menggunakan pola berfikir logis, analitis, dan sintesis atas keterangan-keterangan
yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Hal itu diperoleh dari wawancara
dengan pakar atau dengan pengamatan langsung.
c. Penarikan
hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban
sementara terhadap suatu permasalahan. Penyusunan hipotesis dapat berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Dalam
penelitian, setiap orang berhak menyusun hipotesis. Masalah yang dirumuskan
harus relevan dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis digali dari penelusuran
referensi teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.
d. Pengujian
Hipotesis/eksperiment
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
cara menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah
satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan
menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan kesimpulan.
Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat bukti-bukti yang
mendukung hipotesis.
e. Penarikan
kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian
apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Hipotesis yang
diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmiah, sebab telah memenuhi
persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang
konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.
Melalui kesimpulan maka akan terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang
diajukan dapat dibuktikan kebenarannya.
SIMPULAN: Metode Ilmiah sebagai wahana
peneguh Ilmu Pengetahuan, dengan cara:
1. Mengadakan
deskripsi, menggambarkan secara jelas dan cermat hal-hal yang dipersoalkan.
2. Menerangkan/Eksplanasi,
menerangkan kondisi-kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa
peristiwa/gejala.
3. Menyusun
Teori, mencari dan merumuskan hukum-hukum mengenai hubungan antara kondisi yang
satu dengan yang lain atau hubungan peristiwa yang satu dengan yang lain.
4. Membuat
Prediksi/Peramalan, membuat ramalan, estimasi dan proyeksi mengenai
peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi atau gejala-gejala yang akan muncul.
5. Melakukan
Pengendalian, melakukan tindakan guna mengendalikan peristiwa-peristiwa atau
gejala-gejala.
Teori Kebenaran Ilmiah
a. Teori
koherensi : pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu bersifata koheren
atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya
: setiap manusia akan mati, maka di fulan pasti akan mati.
b. Teori
korespondensi : pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang
dikandung itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh
pernyataan tersebut. Ibu kota Indonesia adalah Jakarta, dan memang faktanya
ibukota Indonesia adalah Jakarta.
c. Teori
pragmatis, ialah kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah
pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau memiliki
kegunaan dalam kehidupan manusia.
Kesimpulan:
dengan
kita mengetahui metode ilmiah dan pengembangan dalam sistem penulisan ilmiah yg
baik, maka dapat dihasilkan sebuah karya ilmiah yang bagus
Referensi: